Judul:
Single Mom’s Diary
Penulis:
P. R. Ujianti
Penerbit:
Sunrise
Tahun
terbit: 2016 (Juli)
Dimensi
buku: 20,3 cm x 14,4 cm
Ketebalan:
(177 + x) halaman
Kalau
belum ada buku manual untuk mereka
yang baru menghadapi hidup sebagai single
parent, saya hendak mengusulkan buku Single Mom’s Diary karya Mbak Putu
Rahayu Ujianti ini. Saya sangat terkesan dengan isinya yang sangat inspiratif
dan memotivasi. Saya juga terkesan dengan caranya bertutur yang mengalir dan
ringan namun sarat makna.
Buku
ini menceritakan pengalaman dan pembelajaran Mbak Putu dalam menjalani
kehidupannya sebagai ibu tunggal bagi Surya dan Kirana – kedua buah hatinya.
Menjadi ibu tunggal, meski dari luar banyak yang menilai kita super woman namun tak jarang dalam hati kita merasakan kelelahan yang luar biasa dan keinginan untuk bersandar melepaskan beban di pundak meski hanya beberapa jenak. Aku berharap tulisan-tulisan di sini bisa membantu para ibu tunggal agar tak merasa sendirian (halaman 1).
Buku
Single Mom’s Diary terdiri atas 38 bagian. Walau tak ada pembagian kategori
isinya secara garis besar, saya bisa menyimpulkan ada 5 sub tema di dalamnya:
1. Bagaimana mempersiapkan diri menghadapi status janda.
Ada tiga hal yang aku rasa penting dipersiapkan oleh seorang calon ibu tunggal. Pertama support system yang mendukung, bisa keluarga, kawan, sahabat, konselor, atau terapis. Kedua, kesiapan finansial. Ketiga, akal sehat dan iman kepada Tuhan (halaman 2 – 3).
Bukan
itu saja, ada banyak hal yang diceritakan oleh Mbak Putu, misalnya mengapa
calon single parent membutuhkan support system dan bagaimana iman
berperan penting dalam hal ini.
2. Bagaimana menjalani kehidupan sebagai ibu tunggal.
Salah
satu yang dibahas dalam buku Single Mom’s Diary ini adalah bagaimana bersikap
dalam menghadapi stigma negatif sebagai seorang janda dari masyarakat sekitar.
Masalahnya adalah, tak banyak yang bisa dilakukan untuk menepis stigma-stigma yang melekat pada kami. Membantahnya dengan melawannya secara verbal, atau memberi penjelasan berulang-ulang kadang hanya membuat lelah dan semakin jengkel (halaman 16).
Penulis
juga menceritakan bagaimana sikap yang elegan dalam menjawab pertanyaan orang-orang
yang dalam pikirannya melekat stigma buruk tentang status janda, tentang bagaimana
menghadapi lelaki iseng, dan bagaimana memberi penjelasan kepada anak.
3. Bagaimana berbagi peran dan bekerja sama dengan orang lain.
Puncak dari semua itu adalah kesediaan kedua adikku dan istri-istrinya untuk menerima Surya dan Kirana sebagai anak angkat mereka. ... Sungguh bersyukur memiliki adik-adik yang dengan tulus menerima dan terlibat dalam pengasuhan anak-anak (halaman 44).
Selain
peran keluarga besarnya, Mbak Putu juga menceritakan peran tetangga dan
orang-orang lain dalam kehidupannya dan kedua anaknya (halaman 5 – 12).
4. Bagaimana mempersiapkan anak menghadapi kehidupan.
Kita akan jadi broken home jika kita tidak bersama-sama saling menjaga dan tidak saling menyayangi. Ibu tidak bisa menjadi kuat kalau kalian tidak membantu. ... Kami belajar berbahagia dengan yang kami miliki dan tidak berfokus pada apa yang tidak kami miliki (halaman 29 dan 31).
Mbak
Putu menyadari pentingnya mengusahakan kesiapan mental dan kebahagiaan
anak-anaknya meskipun dalam keluarga kecil mereka tak ada sosok yang dipanggil “ayah”.
Salah satu metodenya adalah dengan membiasakan ritual “obrolan sebelum tidur”.
Bagaimana obrolan sebelum tidur bisa mengasah logika dan kepekaan Surya dan
Kirana, bisa dibaca pada halaman 45 – 49.
5. Bagaimana menumbuhkan harapan dan rasa optimis untuk menyongsong masa depan.
Aku lalu secara sadar berlatih beberapa hal untuk menyeimbangkan diriku agar tak melulu kehabisan energi sewaktu-waktu. ... Aku juga belajar untuk lebih menghargai diriku (halaman 68).
Penulis
menyadari dirinya sebagai “pusat energi” bagi anak-anaknya. Kesusahan dan
kesenangan hatinya berpengaruh terhadap pertumbuhan kedua buah hatinya. Bagaimana
kiat-kiatnya dalam “menyeimbangkan diri” bisa dibaca, antara lain pada tulisan
berjudul Pusat Energi dan Tubuhku Tesayang.
***
Nah,
sekarang, jelas kan mengapa saya mengatakan bahwa buku ini layak menjadi manual kehidupan bagi single parent? Bahkan bukan hanya bagi single parent, lho. Buku ini pun cocok
bagi siapa saja yang membutuhkan “suplemen” motivasi. Mengapa? Karena manusia sejatinya
adalah makhluk pembelajar yang bisa belajar dari siapa saja, meskipun
kondisinya tak sama persis dengannya. Semua yang dituturkan Mbak Putu di dalam
buku ini bisa dipelajari dan diterapkan karena ada kisah-kisah tentang upaya pengembangan
diri, seperti mencapai kesabaran, ketegaran, dan ketangguhan. Kalau tidak
percaya, baca sendiri deh!
Persiapan finansial ini yang biasanya tidak mudah, umumnya finansial goyah setelah menjadi janda.
ReplyDeleteYah, begitulah .....
DeleteMba Niar, tak mudah berada dalam status single moms. Apalagi stima negatif ya mba
ReplyDeleteIya Mbak, saya juga berpikir demikian.
DeleteBenar juga mbak buku tersebut lebih memotivasi siapapun yang membutuhkan. Jadi single parent juga tidak mudah ya mbak
ReplyDeleteAku selalu salut sama orang yang berani memutuskan untuk jadi single mother. Selain berat harus menafkahi diri sendiri dan anak, dia banyak dapat kata miring dari orang.
ReplyDeleteKebanyakan orang minta cerai karena dihasut, difitnah oleh orang lain, pelakunya bukan karena sayang melainkan karena iri dengan keluarganya yang harmonis sehingga difitnah ini dan itu.
ReplyDeletepenuh perjuangan u. mnjadi single parent mba, blum lagi pandangan org2 d luar,, yg pasti hrs tangguh bener bangets tipsnya
ReplyDeletepenuh perjuangan u. mnjadi single parent mba, blum lagi pandangan org2 d luar,, yg pasti hrs tangguh bener bangets tipsnya
ReplyDelete