TORIFUJI nama yang unik. Baru dari nama yang dijadikan novel karya Rahmi C. Mangi ini, saya sudah tertarik. Tidak ada clue yang cukup jelas saat mengamati sampulnya. Tidak ada sinopsis singkat novel, pun tak ada judul bab. Semua bab hanya tertera sebagai angka Romawi, dari I – XVI, tanpa nama atau judul bab.
Sampul novel yang terbit
tahun 2024 ini berwarna ungu, dengan gambar perempuan hamil di bagian tengah,
pada bagian depan dan belakang sampul. Mata perempuan hamil itu tertutup. Kepalanya menunduk, sambil
memegangi perutnya, ekspresinya terlihat murung atau tak terlihat bahagia.
Sudah bisa ditebak, perempuan ini merupakan tokoh sentral ceritanya.
Ya, perempuan itu bernama
Torifuji yang berarti kecintaan. Nama tokoh sentral ini juga menjadi judul
novel. Torifuji adalah putri tunggal Pak Mochtar, pengusaha kain tenun sutra
yang tinggal di kota kabupaten penghasil sutra di Sulawesi Selatan. Tidak disebutkan
nama kotanya tetapi saya menduga: Sengkang, benarkah?
Time line novel bermula saat
Torifuji berusia 25 tahun. Informasi mengenai siapa Torifuji, keluarganya dan
lelaki bernama Andi Malik Mappajanci yang berhasil merebut hati Torifuji
dibeberkan di bab I. Menariknya, awal konflik sudah tergambar di bab I. Minat
saya sudah tergugah di halaman-halaman awal bab I karena konteks cerita yang
relevan dengan yang terjadi di dunia nyata, termasuk pada sejumlah orang yang
saya kenal baik.
Meskipun ini bukan kali pertama akan menikah, perasaan Malik
seperti pemuda lajang. Pada pernikahannya dengan Fatimah, Malik tidak melalui
proses menemui calon mertua seperti ini. Semua sudah diatur oleh kedua orang
tua mereka
(halaman 17).
Secara garis besar, saya
bisa gambarkan isi buku ini sebagai perjalanan panjang Torifuji untuk
memenangkan cintanya. Dia mencoba mengesampingkan ego namun di sisi lain,
secara bersamaan egonya nyaris mencelakai dirinya dengan brutal.
Torifuji sangat
menghormati kedua orang tuanya dan Fatimah, istri pertama Malik. Dia ingin
menjaga perasaan mereka tetapi secara bersamaan, dirinya justru melakukan hal
fatal yang mengguncang dunia semua yang dia hormati dan hargai.
Selama aku belum memiliki anak, tatapan menghukum itu tidak
akan lepas dariku. Aku yang durhaka pada orang tua, aku yangmerebut suami
orang, aku perusak kebahagiaan Namira dan Nazihah (halaman 48).
Konflik yang terjadi
sedemikian intens sehingga Torifuji hampir kehilangan dirinya sendiri. Ujian
kehilangan demi kehilangan harus dilaluinya yang semakin mendera batinnya
dengan rasa bersalah. Torifuji tahu kesalahannya. Dia tahu harus dan ingin memperbaiki
kesalahannya tetapi dia merasa tak kuasa. Apakah Torifuji berhasil
memperbaiki semuanya?
Kelebihan Buku Torifuji
Di mata saya, Torifuji
memiliki sejumlah kelebihan. Bukan sekadar mengenal Rahmi, penulisnya –
utamanya karena memang novel yang beralur maju ini menarik. Berikut kelebihan
dari novel ini:
1. Memasukkan
pengetahuan medis.
Bagaimana proses bayi
tabung, mulai dari awal, dilanjutkan proses mempertemukan sperma dan ovum
hingga penanaman embrio (halaman 59) dijelaskan dengan cukup detail oleh
penulis yang seorang dokter gigi ini. Rahmi tak menulis asal-asalan, olehnya
itu dia menghubungi narasumber, seorang dokter kebidanan dan kandungan untuk
informasi detail.
Begitu pula mengenai
kesehatan jiwa – tentang bagaimana seseorang yang terkungkung dalam pikirannya
sendiri – yang semakin lama semakin berat menekannya dan bagaimana
pengobatannya secara medis juga dijelaskan dengan baik dalam novel ini. Penulis berkonsultasi dengan dokter ahli kesehatan jiwa untuk membahas kesehatan jiwa dalam novelnya.
Kami menyebutnya ODMK. Stigma gila dari masyarakatlah yang
membuat seorang ODMK benar-benar bisa menjadi gila karena dengan stigma itu,
seorang yang mengalami masalah kejiwaan enggan bahkan takut berobat ke dokter
jiwa
(halaman 147).
2. Memasukkan
pengetahuan Islam.
Bagi masyarakat umum, apa
yang dipaparkan Rahmi C. Mangi mungkin tak menjadi perhatian khusus. Berbeda
dalam novel Torifuji, bagaimana sesungguhnya hukum waris dan hukum wali nikah
dalam Islam menjadi point perhatian Torifuji dan membuat dirinya merasa
tersiksa, berada di antara angan dan norma agama. Penulis berkonsultasi juga dengan ahli agama untuk memasukkan pengetahuan agama Islam di dalam novel ini.
… jika dibuka demi kebenaran, demi kembalinya hak waris,
demi keabsahan pernikahan, dan seterusnya sebuah generasi, Torifuji akan
dihukum oleh seluruh dunia dan dia akan gila yang sesungguhnya (halaman
127).
3. Konflik
yang Intens
Seperti yang sudah saya
sampaikan sebelumnya, sejak bab I, konflik sudah terlihat, yaitu: pernikahan
poligami yang mana Torifuji sebagai istri kedua. Ibarat “pernikahan
poligami” digambarkan dalam satu siklus gelombang sinus, dramaturgi dalam novel
ini menampilkan riak-riak gelombang-gelombang lain dalam satu siklus gelombang
sinus. Saya tak tahu bagaimana membahasakannya, kalian bisa melihat gambarannya
dalam gambaran satu siklus gelombang sinus yang saya sisipkan di bawah ini. Seru!
4. Siapa
Tokoh Antagonisnya?
Torifuji sebagai tokoh
sentral merupakan perempuan yang rapuh sekaligus memiliki kekuatan dalam
melakukan hal-hal yang membawanya menuju impian. Mungkin karena mengatasnamakan
CINTA dan merasa mampu “melihat” kebaikan dalam diri tokoh-tokoh dalam novel
ini, saya tak melihat ada yang MURNI menjadi tokoh antagonis dalam novel ini. Saya
“menikmati” drama demi drama dalam alur Torifuji dan menerimanya sebagai hal
yang manusiawi meski saya tak setuju dengan tokohnya pada beberapa hal.
Pelajaran dari Novel
Torifuji
Novel yang dalam proses marketing
memiliki sound track khusus ini memberikan pelajaran penting sebagai
berikut dari alur kehidupan seorang Torifuji:
1. Jangan Abaikan
Orang Tua
Rasa cinta Torifuji kepada
kedua orang tua yang mengasihinya sepenuh hati dikalahkan oleh rasa cintanya
kepada Malik sehingga dia mampu mengabaikan mereka. Bagaimana keberkahan dari
doa orang tua bisa menyertainya dalam keadaan seperti ini? Sebagai gadis yang
pada dasarnya baik, Torifuji kemudian berupaya membahagiakan orang tuanya dalam
sekat-sekat yang membatasinya. Berhasilkah Torifuji?
2. Jangan Melanggar
Aturan Agama
Jangan biarkan cinta
kepada manusia mengalahkan kepatuhan pada ajaran agama. Torifuji sebenarnya
tahu, sebagai seorang muslimah – ayahnyalah yang berhak menjadi wali nikahnya
namun dia mengabaikannya demi mengikuti kemauan Malik.
3. Jangan Menyakiti
Orang Lain Untuk Meraih Kebahagiaan
Memang, setiap manusia
berhak untuk bahagia namun jangan sampai upaya meraih kebahagiaan itu menyakiti
orang lain. Jika sampai terjadi, maka niscaya berlikulah jalan kehidupan bahkan
menyakitkan. Tercapaikah kebahagiaan yang hakiki?
4. Jangan Memaksakan
Keinginan Menggunakan Segala Cara
Memang benar, dalam
menggapai harapan, perlu melakukan upaya namun hendaknya lakukan upaya dengan
cara benar, jangan membenarkan cara yang salah. Pasti akibatnya tidak baik.
5. Jangan Berbohong
Kebohongan, apalagi
dilakukan berkali-kali akan membuahkan hasil yang tidak baik, apatah lagi membuahkan
kebahagiaan. Sangat sulit menutup celah yang diakibatkan oleh kebohongan yang
berlapis-lapis.
6. Setiap Perbuatan
Ada Konsekuensinya
Setiap perbuatan pasti
membuahkan konsekuensi yang harus ditanggung pelakunya. Sebagai makhluk sosial,
niscaya timbul ketakutan akan penghakiman masyarakat jika yang dilakukan salah.
Pertanyaannya, bagaimana mengakhiri blunder yang sudah telanjur dibuat belasan
tahun sebelumnya?
7. Tetaplah
Berbuat Baik
Torifuji senantiasa punya
itikad baik untuk memperbaiki blunder yang dia lakukan pada masa lalu. Bisa
jadi niat baik dan doanya yang menuntunnya kembali. Apakah segala sesuatunya
bisa kembali baik seperti semula?
📖 📖 📖
By the way, semua pertanyaan di atas
terjawab secara logis dan manusiawi dalam novel TORIFUJI. Ada twist-twist kecil
dalam riak-riak kehidupan Torifuji. Penulisnya tak memaksakan pembaca menerima ending-nya.
Masukan untuk Torifuji
Salut pada Rahmi C. Mangi
atas terbitnya novel pertamanya. Bagi saya, novel ini sudah berhasil menjadi
anak tangga awal Rahmi menjejak di dalam dunia penulisan. Izinkan saya
merekomendasikan masukan yang dalam bayangan saya akan membuat novel ini
semakin kuat.
1. Sinopsis
Saat pertama kali memegang
Torifuji, saya berharap menemukan sinopsisnya di sampul belakang atau pada awal
buku. Sayangnya, saya tidak mendapatkannya. Sepenggal sinopsis buku biasanya
menjadi daya tarik tersendiri bagi buku bersangkutan dan menjadi narasi yang
dibagikan ke media sosial sebagai pemikat. Jika dicetak ulang, mohon dituliskan
satu paragraf sinopsis buku yang menarik.
2. Nama Bab
Perlu ditambahkan nama
bab. Bagi saya pribadi, judul bab selalu menarik karena membuat saya berimajinasi
tentang isinya sebelum membacanya dan mencoba menebak hubungan antara bab
tersebut dengan bab sebelumnya atau setelahnya. Misalnya, namai bab I dengan: “Pesona
Malik”. Misalnya, ya.
3. Percakapan
dalam Dialek Daerah atau Bahasa Daerah
Saya berharap menemukan
percakapan dalam bahasa daerah atau dialek Bugis/Makassar/Mandar dalam novel
ini. Sayangnya tidak ada, saya justru menemukan dialek Jakarta/Jawa seperti
kata NGGAK dalam novel ini.
Saya menyayangkan karena novel
ini bisa menjadi media untuk memperkenalkan bahasa daerah kepada para pembaca
yang bukan berasal dari Sulsel atau Sulbar. Adanya dialek daerah juga membuat
pembaca yang bersuku Bugis, Makassar, dan Mandar merasa dekat dengan novel ini.
Izinkan saya sedikit mengutak-atik sepenggal percakapan pada halaman 33-34.
Saya membayangkan isi percakapannya demikian:
“Nak, lihat ki’ tebing karang yang di sana?”
tanya Fatimah.
“Cantik sekali, Bu. Apa nanti ndak rusak itu kena
ombak?” mata Namirah tajam menatap tebing yang berkali-kali diterjang ombak.
“Tidak. Kuat sekali tebingnya, Nak. Awalnya toh, di
situ hanya ada deretan batu. Kemudian terjadi yang namanya erosi. Lama-lama
terkikis ki batu-batu di sana dan bentuknya jadi tidak beraturan,”
Fatimah menjelaskan asal-muasal terbentuknya tebing kokoh itu.
4. Menambah Dramaturgi
Dramaturgi adalah keahlian
dan teknik penyusunan karya dramatik. Dalam buku ini, ada bagian-bagian yang
masih bisa disisipkan drama. Misalnya dari halaman 35 ke 37, masih bisa
ditambah sejumlah adegan yang membuat napas pembaca tertahan. Dalam buku ini,
terlalu cepat digambarkan apa yang terjadi setelah akad nikah Torifuji dan
Malik hingga idulfitri ke-5 setelah pernikahan mereka padahal bisa dibayangkan,
dalam dunia nyata, keadaan seperti ini membuat pelakunya menjalani waktu yang
melambat. Ada baiknya ditambahkan lagi minimal 2 halaman, terkait apa saja yang
terjadi usai pernikahan Torifuji dan Malik.
5. Eksplorasi
Adat, Budaya, dan Kehidupan Pengusaha Tenun
Adat dan budaya Bugis,
serta bagaimana usaha tenun sutra di kota kabupaten penghasil sutra perlu
dieksplorasi lagi, dalam rangka memperkenalkan budaya dan tenun Sulawesi
Selatan. Mengingat Pak Mochtar, ayah Torifuji seorang pengusaha tenun sutra,
novel ini bisa lebih banyak memperkenalkan tentang tenun khas Bugis melalui
novel. Andai berminat, saya bisa menghubungkan Rahmi dengan teman saya yang
seorang pengusaha kain tenun Sengkang.
Demikian catatan saya
terkait novel Torifuji. Saya membayangkan, novel ini cocok dijadikan film
mengingat fondasi kuatnya berupa kekuatan novel dan hikmah apa saja yang bisa
diambil dari novel ini. Saya kira akan semakin kuat jika saran saya di atas
dieksplorasi lagi. Semoga suatu saat novel ini difilmkan ya, Rahmi. Sukses buat
Rahmi. Ditunggu kiprah berikutnya.
Makassar, 11 Agustus 2024
No comments:
Post a Comment