Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan berjudul Kolaborasi Puisi, Musikalisasi Puisi, dan Lukisan Tanah Liat – merupakan catatan dari Seminar dan Diskusi Buku Sehimpun Puisi Mantera Cinta Karya Rusdin Tompo.
Judul:
Sehimpun Puisi Mantera Cinta
Penulis:
Rusdin Tompo
Penerbit:
Liblitera Institute (Kabupaten Gowa)
Tahun
terbit: 2016 (Juni, cetakan pertama)
ISBN:
978-602-73864-3-3
Dimensi
buku:
Ketebalan:
xiii + 154 halaman
Acara
inti dikemas dalam bentuk talkshow.
Nur Fitri Ishak memandu jalannya bedah buku dan diskusi. Ketiga nara sumber dan
moderator duduk di kursi yang ditata di atas panggung.
Bicara
tentang Mantera Cinta, menurut seorang Rusdin Tompo, “Cinta punya banyak makna.
Dalam buku ini tidak bicara cinta dalam romansa tetapi tentang cinta itu
sendiri dengan segala keruwetannya.” Mantera Cinta berisi puisi-puisi yang
menceritakan mengenai banyak hal tentang cinta. Ada keluhan soal jodoh, patah
hati, pulang ke rumah – pada apa dan siapa, dan lain-lain.
Panelis
diskusi yang mendapatkan giliran pertama adalah Yudhistira Sukatanya (Ketua
Harian LAPAKKSS). Ia mengatakan bahwa kehadiran buku seperti ini penting karena
membuat seseorang tidak mudah dilupakan. “Buku ini jadi tempat intip sebagian
perjalanan hidup Pak Rusdin,” kelakarnya.
Kiri - kanan: Rusdin Tompo, Yudistira, Irhyl Makkatutu, Sri Rahmi, Nur Fitri |
Irhyl
R. Makkatutu (penulis) mendapat giliran berikutnya untuk berpendapat tentang
buku yang berisi 125 puisi cinta ini. Ia mengatakan bahwa buku Mantera Cinta sudah
mengalami pengendapan. Buku puisi ini diperuntukkan bagi beberapa perempuan (ada
nama-namanya) tapi menariknya, keluarga Rusdin Tompo (istri dan anak-anaknya)
tahu.
Rusdin menanggapinya dengan menjelaskan bahwa sebagaimana yang tertera pada pengantar buku:
Menghimpun puisi-puisi bertema cinta bukan bermaksud untuk merawat kenangan tentang orang, tentang seseorang. Tapi tentang sebuah proses menemukan keasyikan berkarya, menulis, mengasah kemampuan menemukan diksi dengan muatan magma, dengan kedalaman tak terduga, dengan keluasan melampaui cakrawala.
“Bisa
tentang seseorang. Tidak selalu spesial tapi bisa saja menghibur,” ujar Rusdin
tentang buku Mantera Cinta.
Puisi-puisi
yang terdokumentasi sejak tahun 1982 saat masih duduk di bangku SMP hingga
sekarang disortir yang memang memiliki “rasa sastra”, dihimpun dalam buku-buku
puisinya. Buku pertama bertema anak. Buku kedua – Mantera Cinta bertema cinta,
dan buku ketiga bertema politik, demokrasi, dan masalah sosial.
Sri
Rahmi (anggota legislatif penyuka kegiatan literasi) mendapat giliran terakhir.
Ia sempat bertanya-tanya juga, menerbitkan kumpulan buku puisi cinta, apakah
istri Rusdin Tompo tak cemburu? Namun dia menilai, di antara puisi Rusdin ada
yang bermuatan spiritual.
Mengenai
puisi Mantera Cinta yang semat menjadi guyonan dengan menyebutkan Rusdin
sebagai “dukun cinta”, ditanggapi Rusdin dengan mengatakan bahwa puisi itu
merupakan eksperimen dirinya usai membaca buku Apresiasi Puisi Indonesia karya
Corrie Layun Rampan. Puisi Mantera Cinta ditulis dengan gaya kata
dibolak-balik. Tentang gaya “bolak-balik” ini, terinspirasi dari lagu Gombloh zaman
dulu: kalau cinta sudah mendekat, tai
kucing rasa coklat.
Puisi
Mantera Cinta ini dibuat tahun 1987. Semacam bentuk kegusaran Rusdin muda kala
itu, sebagai kegelisahan seorang remaja yang ditulis saat sedang tidak punya
pacar.
Kutipan puisi Mantera Cinta |
Sayang
sekali Alwy Rachman – budayawan yang juga menjadi nara sumber bedah buku tak
hadir hingga acara berakhir. Namun demikian diskusi tetap berlangsung seru,
termasuk saat beberapa puisi dari buku Mantera Cinta dibacakan. Di penghujung
acara, Rusdin Tompo menyampaikan permohonan maafnya atas ketakhadiran Alwy
Rachman yang juga sedang mengisi acara di tempat lain. Pastinya, ada halangan signifikan
yang membuatnya batal hadir.
Makassar, 25 April 2017
Selesai
Baca juga pengalaman saya saat berpuisi:
Bunda suka puisi ya ? Saya dulu lagi seneng bikin puisi pas msih smp. Setelah itu udah nggak lagi 🙈
ReplyDeleteSaya kadang-kadang suka, kadang-kadang bingung, Bunda hehehe
DeleteKalau baca puisi yang itu, pastilah isinya unik, ya?
ReplyDeleteIya Mbak, unik.
DeletePuisi yang indah bisa membuat seseorang terbawa larut dalam kenangan, kebahagiaan dan segenap rasa yang tak terungkapkan...
ReplyDeleteMari kita galakan puisi...
Jangan galak-galak, Kang Maman :)
Deleteaw...aw...aw...
ReplyDeletekesiapnya sangat membahana ini buku hasil karyanya mang Rusdin Tompo teh, sangat pas dimiliki oleh para puisiiesme banget ini mah atuh
Hadeuh, istilah apa itu puisiiesme, atuh, Mang Lembu?
Deletepernah belajar bikin puisi tapi sayang enggab bisa merangkai kata yang indah
ReplyDeleteSama, eh tidak. Saya tidak pernah belajar bikin puisi. Kadang-kadang sok-sok bikin puisi sendiri.
DeleteWuih..
ReplyDeletesuka puisi juga bun?
Kayaknya kudu sering2 ngunjungi IG saya nih @dachodarsono
hahaha.. promosi...
Ada youtube atau video ketika bunda baca puisi gak yah?
penasaran saia :)
Wah, maaf belum bertandang ke IGnya, Mas. Nanti, ya.
DeleteSaya? Ada, tapi bukan saya yang simpan huhuhu.
Susah bngt aku mah bikin puisi, kadang gak ngerti malah arti yang tersirat di balik pusis
ReplyDeleteSama. Toss, yuk.
Deletepecahkan saja gelasnya..
ReplyDeletebiar ramai....
Hm, betul juga.
Delete