Judul :
Dongeng Pembentuk Akhlak Terbaik Sepanjang Masa
Penulis : Irma Irawati
Penerbit : Ziyad Books
ISBN : 978-602-317-032-6
Tahun
terbit : 2015
Ketebalan : 112 halaman
Dimensi : 22,7 cm x 17 cm
“Haduuuh,” Leti ulat memegang
kepalanya. Ia berlari ke kebun untuk menenangkan diri. Inginnya sih, mendatangi
rumah Anka yang bersebelahan dengan rumahnya. Tak tahan ingin menyampaikan
keluhan. Tapi ia merasa sungkan. Khawatir ibu Anka tersinggung. Akhirnya Leti
menyepi di kebun sambil ngemil daun sirsak. Ia mengunyah daun sambil tak henti
menggerutu. Bicara sendiri untuk menumpahkan kesalnya.
Saya
tersenyum membaca penggalan dari cerita berjudul Anka, Laba-Laba yang Cengeng
di halaman 41. Geli. Ulah Leti ulat ini “sangat manusiawi”, sebagaimana
layaknya seseorang yang merasa gemas karena terganggu oleh kecengengan anak
tetangga yang membuatnya gagal berkonsentrasi dalam melakukan sebuah pekerjaan
padahal ada tenggat waktu yang harus ia kejar. Yah, begitulah fabel yang selalu
berusaha mendekatkan cerita manusia dalam tokoh hewan.
Ada
12 cerita di dalam buku Dongeng Pembentuk Akhlak Terbaik Sepanjang Masa karya Mbak
Irma Irawati ini. Semuanya mengajarkan hal-hal baik yang seharusnya menjadi
bagian dari akhlak seorang anak. Hampir semua kisah mengajarkan bagaimana
sesuatu yang kurang baik bisa berproses menjadi lebih baik.
Proses
ke arah kebaikan itu contohya adalah kisah yang berangkat dari kegalauan
seorang anak yang malu akan pekerjaan ayahnya (halaman 7), keresahan seorang
anak yang merasa ibunya tak menyayanginya karena suka memberinya barang bekas
kakaknya (halaman 68), dan kesombongan seekor merak yang merasa penampilannya
paling sempurna (halaman 51).
Pada
setiap akhir cerita penulis menyelipkan hadits yang berhubungan dengan isi
cerita. Contohnya adalah hadits di halaman 105 ini: Jauhilah
oleh kalian berprasangka (kecurigaan) karena sesungguhnya prasangka itu adalah sedusta-dustanya
pembicaraan (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits tersebut berhubungan dengan
cerita berjudul Hilangkan Prasangka.
Ada
satu hadits (pada halaman 91) yang membuat saya terkesan. Saya merasa
diingatkan kembali bahwa sebaik-baik
manusia adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, Thabrani,
Daruquthni, dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah).
Hadits
ini diselipkan di akhir cerita berjudul Pak Bingo yang Baik Hati. Pak Bingo ini
sangat dermawan. Ia rajin mendermakan uangnya kepada siapa pun yang butuh
pertolongan. Saya jadi ingin mengusulkan kepada penulisnya agar kelak
menuliskan cerita anak mengenai seseorang yang bisa bermanfaat bagi orang lain
meskipun ia tidak punya banyak uang. Dengan cara menulis misalnya, atau dengan berderma
melalui tenaga atau pikiran.
Bisa
saja, kan kelak buku ini sampai ke tangan anak-anak baik yang hidupnya berkekurangan
dalam hal materi tetapi ingin bermanfaat bagi orang banyak? Kalau cerita-cerita
mengenai “bermanfaat kepada orang banyak” asosiasinya hanya kepada “mendermakan
harta”, anak-anak yang hidupnya berkekurangan,
bisa sedih, dong membacanya karena mereka tak punya cukup banyak harta untuk
dibagi-bagikan?
Selain
cerita-cerita menarik yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan, ilustrasi buku ini
pun menarik. Gambar-gambarnya (menurut saya) bisa membuat anak berimajinasi. Hanya
dua saja kekurangmantapan buku ini, yaitu pada sedikit kesalahan tulis, pada
halaman 45. Pada kata Bibi capung dan Aka (seharusnya Bibi Capung dan Anka). Yang kedua adalah, buku yang saya punyai
begitu mudah lembaran-lembarannya terlepas dari satu kesatuan buku. Mulanya seorang
keponakan yang masih duduk di bangku kelas 2 SD membacanya. Entah bagaimana
caranya, keponakan ini membuat kira-kira 3 lembar kertas terlepas. Setelah itu,
lembaran lainnya ikut “membebaskan diri secara suka rela”. Namun
demikian, tentu saja dua hal tersebut tidak mempengaruhi keelokan buku ini. Buku
ini pantas dikoleksi anak-anak kita.
Makassar, 6 Januari 2016
pengen punya buku ini,, noofa lagi suka banget membacaaaa
ReplyDeleteBeli yuuks
Delete