Judul buku:
Misteri Pantai Mutiara
Penulis:
Erlita Pratiwi
Penerbit:
Kiddo
Ilustrator:
Indra Bayu
ISBN:
978-979-91-0814-2
Tahun
terbit: 2015 (Januari)
Jumlah
halaman: vi + 185
Ukuran:
13 cm x 19,5 cm
Membaca
novel anak Misteri Pantai Mutiara ini membuat saya terkenang akan buku-buku
serial Lima Sekawan dan Trio Detektif zaman dulu. Namun apresiasi saya jauh
lebih besar terhadap buku ini. Saya menemukan banyak hal menarik di dalamnya.
Buku
ini menceritakan tentang petualangan liburan Resti di Lombok. Di Lombok,
bersama sepupunya Amora, dia menghadapi komplotan pencuri mutiara yang
mengincar mutiara-mutiara yang dibudidayakan oleh Tante Linda.
Mulanya
tak banyak petunjuk yang mengarah kepada siapa sebenarnya lelaki bersuara serak
dan berambut gondrong yang mereka curigai. Namun lama-kelamaan, beberapa hal
menegangkan terjadi. Mulai dari percobaan perampokan hingga terkurungnya mereka
di dalam sebuah gudang.
Buku
ini memuat tak hanya kisah seru. Rasanya rugi bila ada yang terlewatkan dalam
setiap lembarannya. Karena berbagai pengetahuan dikemas penulis dengan cara
menarik di dalamnya. Di antaranya:
- Pengetahuan tentang berbagai istilah yang bisa kita temukan di bandara, seperti boarding pass, garbarata, push back car, dan purser. Juga ada sejarah bandara Soekarno Hatta (halaman 5 - 22).
- Penjelasan tentang suku Sasak, seperti bentuk rumah tradisionalnya dan adat/kebiasaannya (halaman 45), serta pakaian tradisionalnya (halaman 97).
- Pengetahuan mengenai kuliner Lombok, seperti ayam taliwang yang terkenal itu (halaman 56), sayur ares (halaman 123), dan legenda sayur ares (halaman 124).
- Serba-serbi mutiara. Seperti penjelasan tentang perbedaan mutiara air laut dan mutiara air tawar (halaman 49), alasan mengapa perairan Lombok cocok untuk budi daya mutiara (halaman 103), dan legenda mutiara (halaman 109).
- Riwayat masuknya Islam di Lombok (halaman 157).
Berbagai
pengetahuan yang memperkaya wawasan tersebut disebar penulis di dalam buku Misteri Pantai Mutiara dengan
apik. Terselip dalam alur dan pembahasaan yang mengalir. Sama sekali tak
berkesan menggurui, juga tak kaku.
Karakter
Resti sebagai tokoh utama dalam cerita ini sangat dominan. Sayangnya, saking
dominannya Resti, penulis lupa untuk konsisten pada karakter Amora. Pada bab
awal digambarkan bahwa “komunikasi verbal Amora kurang bagus, harus banyak
latihan” (halaman 36).
Contohnya
bisa dibaca pada halaman 37:
Sebuah
tepukan di bahu Resti mengalihkan perhatiannya, “Tuh, Amora sudah selesai,”
kata Tante Linda. “Mobilnya di mana?”
tanya Tante Linda kepada Amora yang datang sambil nyengir.
“Jauh, Mi,” jawab Amora cepat. Tangannya
menunjuk ke barisan mobil yang terparkir rapi. “Itu kelihatan dari sini.”
Resti
mengerutkan kening. Katanya jauh tapi kok... Mendadak Resti tersadar. Refleks
tangannya menepok dahi. Astagaaa... pasti yang dimaksud Amora tadi adalah mobil
Tante Linda terparkir tidak jauh dari pintu keluar bandara.
Resti
menghela napas. Sepertinya selama berada
di Lombok keningnya akan sering berkerut mengartikan kalimat Amora.
Nyatanya,
kebingungan Resti mengenai cara bertutur Amora hanyalah pada bab-bab awal saja.
Makin ke belakang, cara bertutur Amora mendadak normal – tidak ada masalah sama
sekali. Inilah ketakkonsistenan (inkonsistensi) yang saya maksud. Padahal jika
karakter unik Amora ini dieksplorasi oleh penulis, petualangan akan menjadi lebih seru jika ada masalah yang dihadapi
Resti disebabkan oleh keunikan Amora dalam bertutur.
Namun
inkonsistensi karakter tersebut tak memengaruhi keseluruhan cerita. Misteri Pantai Mutiara ini amat layak untuk dibaca karena tak hanya menyajikan keseruan
tetapi juga berisi aneka fakta unik dan ilustrasi yang memperkaya wawasan.
Makassar, 6 April 2015
eh.. ada blog baru ya? ini khusus utk review buku ya mak?
ReplyDeleteIya Mak. Mau serius jadi resensor ... eh peresensi :)
Delete