Thursday, April 9, 2015

Belajar Menjual Diri Melalui Just JIST JUST

Judul buku: Just JIST JUST – Jual Ide Siapa Takut Jual Usul Siapa Takut
Penulis: Aloy Samya, Johannes Ariffin Wijaya, dan Andy Savero
Penerbit: ANDI, Yogyakarta
Tahun terbit: 2007
ISBN: 978-979-29-0211-2
Ketebalan: xii + 112 halaman
Ukuran: 19 cm x 12 cm

“ ...  Setiap orang dalam setiap profesi (ahli hukum, dokter, akuntan, insinyur, guru, sopir taksi, atau sopir bis, juru tulis bagian pengiriman, penasihat, resepsionis, eksekutif perusahaan, penghibur, administrator, pelatih olah raga, juru masak, dan sebagainya) adalah seorang penjual ide.


Kutipan dari Zig Ziglar – seorang motivator kelas dunia mengawali pembahasan ketiga penulis buku ini (untuk selanjutnya saya menyebut mereka dengan “penulis” saja).

Ide umum buku ini adalah bahwa kita semua adalah penjual ide. Bahkan anak kecil pun yang tengah merengek pada orang tuanya dalam tujuannya meminta sesuatu adalah penjual ide. Bagaimana kita melakukan sesuatu dengan tujuan agar orang lain memenuhi kehendak kita, dikategorikan dalam “menjual ide”.

Buku yang tergolong tipis ini isinya sangat padat pengetahuan. Terdiri atas 6 bab:
  • Jual Ide Siapa Takut?
  • Apa Itu Menjual Ide?
  • Selling Is Like Pacaran
  • AIDA (Attention, Interest, Desire, Actions)
  • SIPOC & COPIS
  • Mindset & Passion

Sebelum masuk di pembahasan inti, penulis menjelaskan tentang mengapa setiap orang perlu belajar bagaimana menjual ide: sebuah ide saja, bisa membuat hidup Anda menjadi seperti seorang raja selamanya (halaman 11). Hal ini dialami, sebut saja oleh Frank Woodward (penemu Jell O), Jacob Davis (pencipta celana jins Levi’s), dan Earl Tupper (penemu produk dan bisnis Tupperware).

Oleh karena pikiran terbagi dua: kesadaran dan ketidaksadaran maka perlu dimaksimalkan pemanfaatan keduanya. Pikiran ketidaksadaran (alam bawah sadar) terbagi dua lagi, yaitu ketidaksadaran yang meracuni dan ketidaksadaran kreatif. Ketidaksadaran kreatif inilah yang perlu ditingkatkan penggunaannya sementara ketidaksadaran yang meracuni harus diminimalkan.

Alfred Enstein adalah contoh orang yang mendapatkan rumusan penting (tentang teori Relativitas) melalui ketidaksadaran kreatif. Kadang-kadang jawaban atau ide cemerlang dari bagian ketidaksadaran kreatif ini akan muncul pada saat yang sangat rileks, ketika kita istirahat atau tertidur sehingga muncullah suatu ide atau gagasan keesokan harinya. Mucul begitu saja (halaman 11).

 Untuk memudahkan mengingatnya, penulis membuat akronim AIDA, untuk menjelaskan bahwa proses dalam membuat ide kita bisa diterima orang lain itu mirip seperti seseorang mencari (perhatian) calon kekasih hati.

AIDA merupakan singkatan dari attract Attention, Interest, Desire, dan Action (halaman 23). Agar berhasil menarik perhatian attract attention), kita harus mengenali karakter orang yang bersangkutan. Dalam bagian ini penulis memaparkan mengenai karakter-karakter: VAK (Visual, Auditori, Kinestetik), Dominasi dan Emosi, Personality (Koleris, Melankolis, Phlegmatis, dan Sanguinis), dan Rapport. Untuk karakter berbeda, kita sebaiknya menghadapinya dengan cara yang berbeda.

Apa yang menarik bagi seseorang (interest) harus diketahui agar kita dapat menawarkan ide yang dibutuhkannya. Apa yang harus dilakukan untuk mengetahuinya, dikupas penulis dengan gamblang. Di sini perlu kita ketahui tentang Matching, Miroring, dan Demo (halaman 35 – 51).

Jika sudah mengetahui apa yang dibutuhkan seseorang (Needs),  berikutnya adalah bagaimana “mempertemukannya” dengan hasrat (Desire) kita. Seseorang mau menerima ide kita bila ide itu memang “menambah nilai” untuk dirinya. Ada dua hal yang perlu dipelajari di sini, yaitu: mengenali keadaan emosi orang tersebut (halaman 56) dan mengenali body language (bahasa tubuh)-nya (halaman 57).

Terakhir – Action, spesifiknya: closing action. Ini merupakan seni menemukan suatu cara agar teman bicara kita mengambil keputusan atas ide yang disodorkan, dan apabila ide tidak diterima pun hubungan dengannya tetap berjalan baik (halaman 59). Ada 3 hal yang perlu dipelajari dalam hal ini:
  • Lima langkah persiapan kondisi untuk closing action (halaman 59 – 61).
  • Lima belas tip dari Heinz Goldmann dalam memutuskan persetujuan suatu ide (halaman 62 – 70).
  • Lima “jangan” yang harus diperhatikan (halaman 70).

Tak cukup sampai di situ saja, penulis menggenapkan pembahasannya dengan penjelasan mengenai proses penjualan, sekaligus pengadaan ide, dan bagaimana menge-set sikap mental kita. Sikap mental (mindset dan gairah/passion) harus siap setiap saat dan ada lebih dulu sebelum menjual ide (halaman 99). Contohnya adalah bentuk kebiasaan baik dan ingatlah bahwa perjalanan ribuan mil dimulai dari langkah pertama – langkah pertama yang baik, tentunya.

Makassar, 9 April 2015

NB:

Kalau boleh, usul ... andai buku yang sudah tidak ada di pasaran ini dicetak ulang, saya berharap:
  • Tulisan-tulisan pada tabel dibuat lebih jelas.
  • Pembahasan lebih disederhanakan pembahasaannya, dengan memberikan lebih banyak contoh dalam menghadapi oang-orang dalam berbagai karakter.

2 comments:

  1. suka banget sama pembukaanya,penjual ide....^^
    jadi penasaran pingin baca bukunya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sayangnya bukunya sudah tidak ada di pasaran, Mbak Han

      Delete