Judul buku: Berbagai Keajaiban dalam
Hidup
Penulis: Arul Chandrana
Penerbit: Quanta – Elex Media
Tahun terbit: 2014
ISBN: 978-602-02-4443-3
Ketebalan: xviii + 278 halaman
Pengalaman adalah guru yang terbaik, penulis buku ini amat menyadari pepatah ini. Terlihat dari ke-39
tulisannya dalam buku Berbagai Keajaiban dalam Hidup. Buku ini merangkum buah
pikiran dan pengalaman penulisnya dalam menjalani profesinya sebagai guru,
dalam kedudukannya sebagai anak, sebagai anggota keluarga, sebagai anggota
masyarakat pulau kecil bernama Bawean, sebagai seorang muslim, dan sebagai
warga negara Indonesia.
Berbagai kegelisahan dan
perenungannya tentang kehidupan merupakan kegelisahan banyak orang, contohnya
adalah kegelisahan penulis akan keberlangsungan sumber daya hayati di lautan. Penulis
menceritakan kisah tetangganya – seorang pelaut miskin yang kehidupannya
semakin miskin walau ia bekerja amat keras setiap harinya.
Sebagai seorang nelayan kecil, lelaki
itu bekerja pada juragan pemilik perahu. Setiap kali melaut, juragan kapal
harus menyiapkan uang sekisar 7 - 10 juta rupiah untuk membiayai bahan bakar (solar)
yang harganya terus melambung, minyak tanah, es (untuk mengawetkan ikan
tangkapan), onderdil mesin, dan konsumsi para ABK (anak buah kapal) selama 7 –
10 hari. Konsekuensinya, tangkapan para ABK haruslah banyak.
Masalahnya, laut Indonesia saat ini benar-benar kurus. Hampir
semua sumber daya laut telah dirampas habis mulai dari permukaan laut sampai ke
lumpurnya. Bukan hal yang aneh jika pelaut sampai tiga kali melaut, pulang
dengan tangan hampa. Karenanya, juragan terancam bangkrut karena terjerat utang
untuk menutupi semua biaya yang dikeluarkan sehingga mereka sampai menjual
perahu dan semua peralatannya (halaman 227).
Tentu saja, penulis pun berguru pada
ibundanya – perempuan tegar penambang pasir yang berladang, dan menjaga sendiri
tanamannya. Penulis menyaksikan sendiri bagaimana sang ibu mengamankan
tanamannya dari serbuan gerombolan monyet dan yang berasal dari hutan Pamandian Gojoh yang
masih alami.
Penderitaan dan perjuangan ibunda
yang ditinggal ayahanda menikah di tanah rantau sejak ia berusia 4 tahun amat
menginspirasi penulis hingga mengantarkannya menjadi sarjana. Dia pun menjadi
pengamat kehidupan yang baik dengan menuangkannya secara lugas dan indah ke
dalam buku ini. Mendapati banyak orang di sekitarnya merantau dan menelantarkan
keluarganya dalam keadaan miskin di kampung halaman, ia menuliskan:
Jika memang kemelaratan di perantauan yang menjadi alasan atas
ketidakbertanggungjawaban yang mereka lakukan, mengapa mereka tidak pulang saja
ke kampung halaman? Tidakkah melarat bersama anak-istri jauh lebih berarti bagi
si anak daripada melarat sendiri-sendiri?
(halaman 220).
Gaya bertutur
yang unik dan kemampuan mendeskripsikan suasana yang baik adalah keunggulan
buku ini yang menjadikannya cukup ringan dan menghibur walaupun materi-materi
yang dikandungnya tegolong berat karena sarat dengan nilai-nilai filosofis.
Kekhasan Pulau
Bawean – sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa, sekitar 80 mil sebelah utara
Gresik yang dikemukakan penulis juga
merupakan keunggulan yang patut ditiru oleh penulis-penulis dari daerah lain
agar mampu membawa nama daerahnya ke dalam bentuk bacaan yang bernas. Di dalam
buku ini bisa dijumpai istilah-istilah dalam Bahasa Bawean, keadaan sosial dan
ekonomi masyarakatnya, kekayaan alamnya, dan metamorfosis yang terjadi di
dalamnya. Namun demikian siapa pun bisa menikmatinya karena disajikan dalam
bahasa persatuan negara kita yang mudah dicerna.
Baru tau blog yang ini. Hehehe..
ReplyDeleteBlognya baru, Mak .... mau menyeriusi dunia perensian (halah bahasa apa itu ya hehehe)
DeleteMakasih dah ke sini :)
Kisah keseharian rakyat kecil yang diangkat jadi buku, selalu menarik dibaca ya mbak. Blog barunya baru sempet nyambangi nih, hehee
ReplyDeleteBenar, Mbak ... benar membuat buku menjadi "jendela dunia". Kita jadi bisa melihat dunia lain yang kita tak ketahui
DeleteDari catatan ini baru sy tahu pulau bawean itu dimna. Thanks bu niar
ReplyDeleteSip ... sama2 bu Abby :)
DeleteDari catatan ini baru sy tahu pulau bawean itu dimna. Thanks bu niar
ReplyDeleteGaya nulisnya memang khas, wah ka niar punya jg buku ini yaa
ReplyDelete