Sunday, April 26, 2015

Menemukan Hikmah Melalui Pengalaman Hidup

Judul buku: Berbagai Keajaiban dalam Hidup
Penulis: Arul Chandrana
Penerbit: Quanta – Elex Media
Tahun terbit: 2014
ISBN: 978-602-02-4443-3
Ketebalan: xviii + 278 halaman

Pengalaman adalah guru yang terbaik, penulis buku ini amat menyadari pepatah ini. Terlihat dari ke-39 tulisannya dalam buku Berbagai Keajaiban dalam Hidup. Buku ini merangkum buah pikiran dan pengalaman penulisnya dalam menjalani profesinya sebagai guru, dalam kedudukannya sebagai anak, sebagai anggota keluarga, sebagai anggota masyarakat pulau kecil bernama Bawean, sebagai seorang muslim, dan sebagai warga negara Indonesia.


Berbagai kegelisahan dan perenungannya tentang kehidupan merupakan kegelisahan banyak orang, contohnya adalah kegelisahan penulis akan keberlangsungan sumber daya hayati di lautan. Penulis menceritakan kisah tetangganya – seorang pelaut miskin yang kehidupannya semakin miskin walau ia bekerja amat keras setiap harinya.


Sebagai seorang nelayan kecil, lelaki itu bekerja pada juragan pemilik perahu. Setiap kali melaut, juragan kapal harus menyiapkan uang sekisar 7 - 10 juta rupiah untuk membiayai bahan bakar (solar) yang harganya terus melambung, minyak tanah, es (untuk mengawetkan ikan tangkapan), onderdil mesin, dan konsumsi para ABK (anak buah kapal) selama 7 – 10 hari. Konsekuensinya, tangkapan para ABK haruslah banyak.

Masalahnya, laut Indonesia saat ini benar-benar kurus. Hampir semua sumber daya laut telah dirampas habis mulai dari permukaan laut sampai ke lumpurnya. Bukan hal yang aneh jika pelaut sampai tiga kali melaut, pulang dengan tangan hampa. Karenanya, juragan terancam bangkrut karena terjerat utang untuk menutupi semua biaya yang dikeluarkan sehingga mereka sampai menjual perahu dan semua peralatannya (halaman 227).

Tentu saja, penulis pun berguru pada ibundanya – perempuan tegar penambang pasir yang berladang, dan menjaga sendiri tanamannya. Penulis menyaksikan sendiri bagaimana sang ibu mengamankan tanamannya dari serbuan gerombolan monyet dan  yang berasal dari hutan Pamandian Gojoh yang masih alami.

Penderitaan dan perjuangan ibunda yang ditinggal ayahanda menikah di tanah rantau sejak ia berusia 4 tahun amat menginspirasi penulis hingga mengantarkannya menjadi sarjana. Dia pun menjadi pengamat kehidupan yang baik dengan menuangkannya secara lugas dan indah ke dalam buku ini. Mendapati banyak orang di sekitarnya merantau dan menelantarkan keluarganya dalam keadaan miskin di kampung halaman, ia menuliskan:

Jika memang kemelaratan di perantauan yang menjadi alasan atas ketidakbertanggungjawaban yang mereka lakukan, mengapa mereka tidak pulang saja ke kampung halaman? Tidakkah melarat bersama anak-istri jauh lebih berarti bagi si anak daripada melarat sendiri-sendiri? (halaman 220).

Gaya bertutur yang unik dan kemampuan mendeskripsikan suasana yang baik adalah keunggulan buku ini yang menjadikannya cukup ringan dan menghibur walaupun materi-materi yang dikandungnya tegolong berat karena sarat dengan nilai-nilai filosofis.


Kekhasan Pulau Bawean – sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa, sekitar 80 mil sebelah utara Gresik  yang dikemukakan penulis juga merupakan keunggulan yang patut ditiru oleh penulis-penulis dari daerah lain agar mampu membawa nama daerahnya ke dalam bentuk bacaan yang bernas. Di dalam buku ini bisa dijumpai istilah-istilah dalam Bahasa Bawean, keadaan sosial dan ekonomi masyarakatnya, kekayaan alamnya, dan metamorfosis yang terjadi di dalamnya. Namun demikian siapa pun bisa menikmatinya karena disajikan dalam bahasa persatuan negara kita yang mudah dicerna.

8 comments:

  1. Replies
    1. Blognya baru, Mak .... mau menyeriusi dunia perensian (halah bahasa apa itu ya hehehe)

      Makasih dah ke sini :)

      Delete
  2. Kisah keseharian rakyat kecil yang diangkat jadi buku, selalu menarik dibaca ya mbak. Blog barunya baru sempet nyambangi nih, hehee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar, Mbak ... benar membuat buku menjadi "jendela dunia". Kita jadi bisa melihat dunia lain yang kita tak ketahui

      Delete
  3. Dari catatan ini baru sy tahu pulau bawean itu dimna. Thanks bu niar

    ReplyDelete
  4. Dari catatan ini baru sy tahu pulau bawean itu dimna. Thanks bu niar

    ReplyDelete
  5. Gaya nulisnya memang khas, wah ka niar punya jg buku ini yaa

    ReplyDelete