Monday, April 6, 2015

Petualangan Seru di Pantai Mutiara

Judul buku: Misteri Pantai Mutiara
Penulis: Erlita Pratiwi
Penerbit: Kiddo
Ilustrator: Indra Bayu
ISBN: 978-979-91-0814-2
Tahun terbit: 2015 (Januari)
Jumlah halaman: vi + 185
Ukuran: 13 cm x 19,5 cm

Membaca novel anak Misteri Pantai Mutiara ini membuat saya terkenang akan buku-buku serial Lima Sekawan dan Trio Detektif zaman dulu. Namun apresiasi saya jauh lebih besar terhadap buku ini. Saya menemukan banyak hal menarik di dalamnya.

Buku ini menceritakan tentang petualangan liburan Resti di Lombok. Di Lombok, bersama sepupunya Amora, dia menghadapi komplotan pencuri mutiara yang mengincar mutiara-mutiara yang dibudidayakan oleh Tante Linda.

Mulanya tak banyak petunjuk yang mengarah kepada siapa sebenarnya lelaki bersuara serak dan berambut gondrong yang mereka curigai. Namun lama-kelamaan, beberapa hal menegangkan terjadi. Mulai dari percobaan perampokan hingga terkurungnya mereka di dalam sebuah gudang.

Buku ini memuat tak hanya kisah seru. Rasanya rugi bila ada yang terlewatkan dalam setiap lembarannya. Karena berbagai pengetahuan dikemas penulis dengan cara menarik di dalamnya. Di antaranya:
  • Pengetahuan tentang  berbagai istilah yang bisa kita temukan di bandara, seperti boarding pass, garbarata, push back car, dan purser. Juga ada sejarah bandara Soekarno Hatta (halaman 5 - 22).
  • Penjelasan tentang suku Sasak, seperti bentuk rumah tradisionalnya dan adat/kebiasaannya (halaman 45), serta pakaian tradisionalnya (halaman 97).
  • Pengetahuan mengenai kuliner Lombok, seperti ayam taliwang yang terkenal itu (halaman 56), sayur ares (halaman 123), dan legenda sayur ares (halaman 124).
  • Serba-serbi mutiara. Seperti penjelasan tentang perbedaan mutiara air laut dan mutiara air tawar (halaman 49),  alasan mengapa perairan Lombok cocok untuk budi daya mutiara (halaman 103), dan legenda mutiara (halaman 109).
  • Riwayat masuknya Islam di Lombok (halaman 157).

Berbagai pengetahuan yang memperkaya wawasan tersebut disebar penulis di dalam buku Misteri Pantai Mutiara dengan apik. Terselip dalam alur dan pembahasaan yang mengalir. Sama sekali tak berkesan menggurui, juga tak kaku.

Karakter Resti sebagai tokoh utama dalam cerita ini sangat dominan. Sayangnya, saking dominannya Resti, penulis lupa untuk konsisten pada karakter Amora. Pada bab awal digambarkan bahwa “komunikasi verbal Amora kurang bagus, harus banyak latihan” (halaman 36).

Contohnya bisa dibaca pada halaman 37:

Sebuah tepukan di bahu Resti mengalihkan perhatiannya, “Tuh, Amora sudah selesai,” kata Tante Linda. “Mobilnya di mana?” tanya Tante Linda kepada Amora yang datang sambil nyengir.

“Jauh, Mi,” jawab Amora cepat. Tangannya menunjuk ke barisan mobil yang terparkir rapi. “Itu kelihatan dari sini.”

Resti mengerutkan kening. Katanya jauh tapi kok... Mendadak Resti tersadar. Refleks tangannya menepok dahi. Astagaaa... pasti yang dimaksud Amora tadi adalah mobil Tante Linda terparkir tidak jauh dari pintu keluar bandara.

Resti menghela napas. Sepertinya selama berada di Lombok keningnya akan sering berkerut mengartikan kalimat Amora.

Nyatanya, kebingungan Resti mengenai cara bertutur Amora hanyalah pada bab-bab awal saja. Makin ke belakang, cara bertutur Amora mendadak normal – tidak ada masalah sama sekali. Inilah ketakkonsistenan (inkonsistensi) yang saya maksud. Padahal jika karakter unik Amora ini dieksplorasi oleh penulis, petualangan akan menjadi  lebih seru jika ada masalah yang dihadapi Resti disebabkan oleh keunikan Amora dalam bertutur.

Namun inkonsistensi karakter tersebut tak memengaruhi keseluruhan cerita. Misteri Pantai Mutiara ini amat layak untuk dibaca karena tak hanya menyajikan keseruan tetapi juga berisi aneka fakta unik dan ilustrasi yang memperkaya wawasan.

Makassar, 6 April 2015


2 comments:

  1. eh.. ada blog baru ya? ini khusus utk review buku ya mak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mak. Mau serius jadi resensor ... eh peresensi :)

      Delete