Sunday, August 11, 2024

Torifuji, Semua Atas Nama Cinta

TORIFUJI nama yang unik. Baru dari nama yang dijadikan novel karya Rahmi C. Mangi ini, saya sudah tertarik. Tidak ada clue yang cukup  jelas saat mengamati sampulnya. Tidak ada sinopsis singkat novel, pun tak ada judul bab. Semua bab hanya tertera sebagai angka Romawi, dari I – XVI, tanpa nama atau judul bab.

Torifuji

Sampul novel yang terbit tahun 2024 ini berwarna ungu, dengan gambar perempuan hamil di bagian tengah, pada bagian depan dan belakang sampul. Mata perempuan hamil itu  tertutup. Kepalanya menunduk, sambil memegangi perutnya, ekspresinya terlihat murung atau tak terlihat bahagia. Sudah bisa ditebak, perempuan ini merupakan tokoh sentral ceritanya.

Ya, perempuan itu bernama Torifuji yang berarti kecintaan. Nama tokoh sentral ini juga menjadi judul novel. Torifuji adalah putri tunggal Pak Mochtar, pengusaha kain tenun sutra yang tinggal di kota kabupaten penghasil sutra di Sulawesi Selatan. Tidak disebutkan nama kotanya tetapi saya menduga: Sengkang, benarkah?

Time line novel bermula saat Torifuji berusia 25 tahun. Informasi mengenai siapa Torifuji, keluarganya dan lelaki bernama Andi Malik Mappajanci yang berhasil merebut hati Torifuji dibeberkan di bab I. Menariknya, awal konflik sudah tergambar di bab I. Minat saya sudah tergugah di halaman-halaman awal bab I karena konteks cerita yang relevan dengan yang terjadi di dunia nyata, termasuk pada sejumlah orang yang saya kenal baik.

Meskipun ini bukan kali pertama akan menikah, perasaan Malik seperti pemuda lajang. Pada pernikahannya dengan Fatimah, Malik tidak melalui proses menemui calon mertua seperti ini. Semua sudah diatur oleh kedua orang tua mereka (halaman 17).

Secara garis besar, saya bisa gambarkan isi buku ini sebagai perjalanan panjang Torifuji untuk memenangkan cintanya. Dia mencoba mengesampingkan ego namun di sisi lain, secara bersamaan egonya nyaris mencelakai dirinya dengan brutal.

Torifuji sangat menghormati kedua orang tuanya dan Fatimah, istri pertama Malik. Dia ingin menjaga perasaan mereka tetapi secara bersamaan, dirinya justru melakukan hal fatal yang mengguncang dunia semua yang dia hormati dan hargai.

Selama aku belum memiliki anak, tatapan menghukum itu tidak akan lepas dariku. Aku yang durhaka pada orang tua, aku yangmerebut suami orang, aku perusak kebahagiaan Namira dan Nazihah (halaman 48).

Konflik yang terjadi sedemikian intens sehingga Torifuji hampir kehilangan dirinya sendiri. Ujian kehilangan demi kehilangan harus dilaluinya yang semakin mendera batinnya dengan rasa bersalah. Torifuji tahu kesalahannya. Dia tahu harus dan ingin memperbaiki kesalahannya tetapi dia merasa tak kuasa. Apakah Torifuji berhasil memperbaiki semuanya?

 

Kelebihan Buku Torifuji

 

Di mata saya, Torifuji memiliki sejumlah kelebihan. Bukan sekadar mengenal Rahmi, penulisnya – utamanya karena memang novel yang beralur maju ini menarik. Berikut kelebihan dari novel ini:

 

1. Memasukkan pengetahuan medis.

 

Bagaimana proses bayi tabung, mulai dari awal, dilanjutkan proses mempertemukan sperma dan ovum hingga penanaman embrio (halaman 59) dijelaskan dengan cukup detail oleh penulis yang seorang dokter gigi ini. Rahmi tak menulis asal-asalan, olehnya itu dia menghubungi narasumber, seorang dokter kebidanan dan kandungan untuk informasi detail.

Begitu pula mengenai kesehatan jiwa – tentang bagaimana seseorang yang terkungkung dalam pikirannya sendiri – yang semakin lama semakin berat menekannya dan bagaimana pengobatannya secara medis juga dijelaskan dengan baik dalam novel ini. Penulis berkonsultasi dengan dokter ahli kesehatan jiwa untuk membahas kesehatan jiwa dalam novelnya.

Kami menyebutnya ODMK. Stigma gila dari masyarakatlah yang membuat seorang ODMK benar-benar bisa menjadi gila karena dengan stigma itu, seorang yang mengalami masalah kejiwaan enggan bahkan takut berobat ke dokter jiwa (halaman 147).

 

2. Memasukkan pengetahuan Islam.

 

Bagi masyarakat umum, apa yang dipaparkan Rahmi C. Mangi mungkin tak menjadi perhatian khusus. Berbeda dalam novel Torifuji, bagaimana sesungguhnya hukum waris dan hukum wali nikah dalam Islam menjadi point perhatian Torifuji dan membuat dirinya merasa tersiksa, berada di antara angan dan norma agama. Penulis berkonsultasi juga dengan ahli agama untuk memasukkan pengetahuan agama Islam di dalam novel ini.

jika dibuka demi kebenaran, demi kembalinya hak waris, demi keabsahan pernikahan, dan seterusnya sebuah generasi, Torifuji akan dihukum oleh seluruh dunia dan dia akan gila yang sesungguhnya (halaman 127).

 

3. Konflik yang Intens

 

Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, sejak bab I, konflik sudah terlihat, yaitu: pernikahan poligami yang mana Torifuji sebagai istri kedua. Ibarat “pernikahan poligami” digambarkan dalam satu siklus gelombang sinus, dramaturgi dalam novel ini menampilkan riak-riak gelombang-gelombang lain dalam satu siklus gelombang sinus. Saya tak tahu bagaimana membahasakannya, kalian bisa melihat gambarannya dalam gambaran satu siklus gelombang sinus yang saya sisipkan di bawah ini. Seru!

Gelombang Kehidupan

4. Siapa Tokoh Antagonisnya?

 

Torifuji sebagai tokoh sentral merupakan perempuan yang rapuh sekaligus memiliki kekuatan dalam melakukan hal-hal yang membawanya menuju impian. Mungkin karena mengatasnamakan CINTA dan merasa mampu “melihat” kebaikan dalam diri tokoh-tokoh dalam novel ini, saya tak melihat ada yang MURNI menjadi tokoh antagonis dalam novel ini. Saya “menikmati” drama demi drama dalam alur Torifuji dan menerimanya sebagai hal yang manusiawi meski saya tak setuju dengan tokohnya pada beberapa hal.

 

Pelajaran dari Novel Torifuji

 

Novel yang dalam proses marketing memiliki sound track khusus ini memberikan pelajaran penting sebagai berikut dari alur kehidupan seorang Torifuji:

1. Jangan Abaikan Orang Tua

Rasa cinta Torifuji kepada kedua orang tua yang mengasihinya sepenuh hati dikalahkan oleh rasa cintanya kepada Malik sehingga dia mampu mengabaikan mereka. Bagaimana keberkahan dari doa orang tua bisa menyertainya dalam keadaan seperti ini? Sebagai gadis yang pada dasarnya baik, Torifuji kemudian berupaya membahagiakan orang tuanya dalam sekat-sekat yang membatasinya. Berhasilkah Torifuji?

2. Jangan Melanggar Aturan Agama

Jangan biarkan cinta kepada manusia mengalahkan kepatuhan pada ajaran agama. Torifuji sebenarnya tahu, sebagai seorang muslimah – ayahnyalah yang berhak menjadi wali nikahnya namun dia mengabaikannya demi mengikuti kemauan Malik.

3. Jangan Menyakiti Orang Lain Untuk Meraih Kebahagiaan

Memang, setiap manusia berhak untuk bahagia namun jangan sampai upaya meraih kebahagiaan itu menyakiti orang lain. Jika sampai terjadi, maka niscaya berlikulah jalan kehidupan bahkan menyakitkan. Tercapaikah kebahagiaan yang hakiki?

4. Jangan Memaksakan Keinginan Menggunakan Segala Cara

Memang benar, dalam menggapai harapan, perlu melakukan upaya namun hendaknya lakukan upaya dengan cara benar, jangan membenarkan cara yang salah. Pasti akibatnya tidak baik.

5. Jangan Berbohong

Kebohongan, apalagi dilakukan berkali-kali akan membuahkan hasil yang tidak baik, apatah lagi membuahkan kebahagiaan. Sangat sulit menutup celah yang diakibatkan oleh kebohongan yang berlapis-lapis.

6. Setiap Perbuatan Ada Konsekuensinya

Setiap perbuatan pasti membuahkan konsekuensi yang harus ditanggung pelakunya. Sebagai makhluk sosial, niscaya timbul ketakutan akan penghakiman masyarakat jika yang dilakukan salah. Pertanyaannya, bagaimana mengakhiri blunder yang sudah telanjur dibuat belasan tahun sebelumnya?

7. Tetaplah Berbuat Baik

Torifuji senantiasa punya itikad baik untuk memperbaiki blunder yang dia lakukan pada masa lalu. Bisa jadi niat baik dan doanya yang menuntunnya kembali. Apakah segala sesuatunya bisa kembali baik seperti semula?

📖 📖 📖

By the way, semua pertanyaan di atas terjawab secara logis dan manusiawi dalam novel TORIFUJI. Ada twist-twist kecil dalam riak-riak kehidupan Torifuji. Penulisnya tak memaksakan pembaca menerima ending-nya.

 

Masukan untuk Torifuji

 

Salut pada Rahmi C. Mangi atas terbitnya novel pertamanya. Bagi saya, novel ini sudah berhasil menjadi anak tangga awal Rahmi menjejak di dalam dunia penulisan. Izinkan saya merekomendasikan masukan yang dalam bayangan saya akan membuat novel ini semakin kuat.

1. Sinopsis

Saat pertama kali memegang Torifuji, saya berharap menemukan sinopsisnya di sampul belakang atau pada awal buku. Sayangnya, saya tidak mendapatkannya. Sepenggal sinopsis buku biasanya menjadi daya tarik tersendiri bagi buku bersangkutan dan menjadi narasi yang dibagikan ke media sosial sebagai pemikat. Jika dicetak ulang, mohon dituliskan satu paragraf sinopsis buku yang menarik.

Novel Torifuji

2. Nama Bab

Perlu ditambahkan nama bab. Bagi saya pribadi, judul bab selalu menarik karena membuat saya berimajinasi tentang isinya sebelum membacanya dan mencoba menebak hubungan antara bab tersebut dengan bab sebelumnya atau setelahnya. Misalnya, namai bab I dengan: “Pesona Malik”. Misalnya, ya.

3. Percakapan dalam Dialek Daerah atau Bahasa Daerah

Saya berharap menemukan percakapan dalam bahasa daerah atau dialek Bugis/Makassar/Mandar dalam novel ini. Sayangnya tidak ada, saya justru menemukan dialek Jakarta/Jawa seperti kata NGGAK dalam novel ini.

Saya menyayangkan karena novel ini bisa menjadi media untuk memperkenalkan bahasa daerah kepada para pembaca yang bukan berasal dari Sulsel atau Sulbar. Adanya dialek daerah juga membuat pembaca yang bersuku Bugis, Makassar, dan Mandar merasa dekat dengan novel ini. Izinkan saya sedikit mengutak-atik sepenggal percakapan pada halaman 33-34. Saya membayangkan isi percakapannya demikian:

                “Nak, lihat ki’ tebing karang yang di sana?” tanya Fatimah.

“Cantik sekali, Bu. Apa nanti ndak rusak itu kena ombak?” mata Namirah tajam menatap tebing yang berkali-kali diterjang ombak.

“Tidak. Kuat sekali tebingnya, Nak. Awalnya toh, di situ hanya ada deretan batu. Kemudian terjadi yang namanya erosi. Lama-lama terkikis ki batu-batu di sana dan bentuknya jadi tidak beraturan,” Fatimah menjelaskan asal-muasal terbentuknya tebing kokoh itu.

4. Menambah Dramaturgi

Dramaturgi adalah keahlian dan teknik penyusunan karya dramatik. Dalam buku ini, ada bagian-bagian yang masih bisa disisipkan drama. Misalnya dari halaman 35 ke 37, masih bisa ditambah sejumlah adegan yang membuat napas pembaca tertahan. Dalam buku ini, terlalu cepat digambarkan apa yang terjadi setelah akad nikah Torifuji dan Malik hingga idulfitri ke-5 setelah pernikahan mereka padahal bisa dibayangkan, dalam dunia nyata, keadaan seperti ini membuat pelakunya menjalani waktu yang melambat. Ada baiknya ditambahkan lagi minimal 2 halaman, terkait apa saja yang terjadi usai pernikahan Torifuji dan Malik.

5. Eksplorasi Adat, Budaya, dan Kehidupan Pengusaha Tenun

Adat dan budaya Bugis, serta bagaimana usaha tenun sutra di kota kabupaten penghasil sutra perlu dieksplorasi lagi, dalam rangka memperkenalkan budaya dan tenun Sulawesi Selatan. Mengingat Pak Mochtar, ayah Torifuji seorang pengusaha tenun sutra, novel ini bisa lebih banyak memperkenalkan tentang tenun khas Bugis melalui novel. Andai berminat, saya bisa menghubungkan Rahmi dengan teman saya yang seorang pengusaha kain tenun Sengkang.

Demikian catatan saya terkait novel Torifuji. Saya membayangkan, novel ini cocok dijadikan film mengingat fondasi kuatnya berupa kekuatan novel dan hikmah apa saja yang bisa diambil dari novel ini. Saya kira akan semakin kuat jika saran saya di atas dieksplorasi lagi. Semoga suatu saat novel ini difilmkan ya, Rahmi. Sukses buat Rahmi. Ditunggu kiprah berikutnya.

Makassar, 11 Agustus 2024 

No comments:

Post a Comment