Tuesday, January 5, 2016

Belajar Akhlak Baik dari Fabel

Judul                   : Dongeng Pembentuk Akhlak Terbaik Sepanjang Masa
Penulis                : Irma Irawati
Penerbit              : Ziyad Books
ISBN                  : 978-602-317-032-6
Tahun terbit       : 2015
Ketebalan           : 112 halaman
Dimensi              : 22,7 cm x 17 cm

“Haduuuh,” Leti ulat memegang kepalanya. Ia berlari ke kebun untuk menenangkan diri. Inginnya sih, mendatangi rumah Anka yang bersebelahan dengan rumahnya. Tak tahan ingin menyampaikan keluhan. Tapi ia merasa sungkan. Khawatir ibu Anka tersinggung. Akhirnya Leti menyepi di kebun sambil ngemil daun sirsak. Ia mengunyah daun sambil tak henti menggerutu. Bicara sendiri untuk menumpahkan kesalnya.


Saya tersenyum membaca penggalan dari cerita berjudul Anka, Laba-Laba yang Cengeng di halaman 41. Geli. Ulah Leti ulat ini “sangat manusiawi”, sebagaimana layaknya seseorang yang merasa gemas karena terganggu oleh kecengengan anak tetangga yang membuatnya gagal berkonsentrasi dalam melakukan sebuah pekerjaan padahal ada tenggat waktu yang harus ia kejar. Yah, begitulah fabel yang selalu berusaha mendekatkan cerita manusia dalam tokoh hewan.

Ada 12 cerita di dalam buku Dongeng Pembentuk Akhlak Terbaik Sepanjang Masa karya Mbak Irma Irawati ini. Semuanya mengajarkan hal-hal baik yang seharusnya menjadi bagian dari akhlak seorang anak. Hampir semua kisah mengajarkan bagaimana sesuatu yang kurang baik bisa berproses menjadi lebih baik.

Proses ke arah kebaikan itu contohya adalah kisah yang berangkat dari kegalauan seorang anak yang malu akan pekerjaan ayahnya (halaman 7), keresahan seorang anak yang merasa ibunya tak menyayanginya karena suka memberinya barang bekas kakaknya (halaman 68), dan kesombongan seekor merak yang merasa penampilannya paling sempurna (halaman 51).


Pada setiap akhir cerita penulis menyelipkan hadits yang berhubungan dengan isi cerita. Contohnya adalah hadits di halaman 105  ini: Jauhilah oleh kalian berprasangka (kecurigaan) karena sesungguhnya prasangka itu adalah sedusta-dustanya pembicaraan (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits tersebut berhubungan dengan cerita berjudul Hilangkan Prasangka.

Ada satu hadits (pada halaman 91) yang membuat saya terkesan. Saya merasa diingatkan kembali bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, Thabrani, Daruquthni, dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah).

Hadits ini diselipkan di akhir cerita berjudul Pak Bingo yang Baik Hati. Pak Bingo ini sangat dermawan. Ia rajin mendermakan uangnya kepada siapa pun yang butuh pertolongan. Saya jadi ingin mengusulkan kepada penulisnya agar kelak menuliskan cerita anak mengenai seseorang yang bisa bermanfaat bagi orang lain meskipun ia tidak punya banyak uang. Dengan cara menulis misalnya, atau dengan berderma melalui tenaga atau pikiran.


Bisa saja, kan kelak buku ini sampai ke tangan anak-anak baik yang hidupnya berkekurangan dalam hal materi tetapi ingin bermanfaat bagi orang banyak? Kalau cerita-cerita mengenai “bermanfaat kepada orang banyak” asosiasinya hanya kepada “mendermakan harta”, anak-anak  yang hidupnya berkekurangan, bisa sedih, dong membacanya karena mereka tak punya cukup banyak harta untuk dibagi-bagikan?

Selain cerita-cerita menarik yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan, ilustrasi buku ini pun menarik. Gambar-gambarnya (menurut saya) bisa membuat anak berimajinasi. Hanya dua saja kekurangmantapan buku ini, yaitu pada sedikit kesalahan tulis, pada halaman 45. Pada kata Bibi capung dan Aka (seharusnya Bibi Capung dan Anka).  Yang kedua adalah, buku yang saya punyai begitu mudah lembaran-lembarannya terlepas dari satu kesatuan buku. Mulanya seorang keponakan yang masih duduk di bangku kelas 2 SD membacanya. Entah bagaimana caranya, keponakan ini membuat kira-kira 3 lembar kertas terlepas. Setelah itu, lembaran lainnya ikut “membebaskan diri secara suka rela”. Namun demikian, tentu saja dua hal tersebut tidak mempengaruhi keelokan buku ini. Buku ini pantas dikoleksi anak-anak kita.


Makassar, 6 Januari 2016

2 comments: