Sunday, December 4, 2016

Tiga Detektif Beraksi di Kampung Cipari

Judul: Misteri Hantu Purbakala
Penulis: Hastira Soekardi
Penerbit: DAR! Mizan
Tahun terbit: 2016
ISBN: 978-602-242-870-1
Ketebalan: 108 halaman
Dimensi: 19,5 cm x 14,5 cm

Buku cerita anak-anak bertema detektif atau misteri selalu saja menarik. Tidak hanya saat saya masih kanak-kanak dulu, sampai kini pun masih saja menarik. Apalagi di saat ini sudah banyak penulis Indonesia yang menulis cerita detektif/misteri dengan setting Indonesia. Salah satunya pernah saya ulas di tulisan berjudul Petualangan Seru di Pantai Mutiara.


Kali ini, buku yang hendak saya ulas berjudul Misteri Hantu Purbakala. Berbeda dengan Petualangan Seru di Pantai Mutiara yang ber-setting tempat di Pulau Lombok, Misteri Hantu Purbakala ini ber-setting tempat di kampung Cipari, Desa Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Liburan yang membawa Leo bergelut dengan misteri bersama kedua sepupunya Raja dan Galih di sebuah situs purbakala amatlah menyenangkan. Melalui buku ini, penulisnya – Mbak Hastira ingin menggambarkan bahwa kegiatan liburan anak bisa saja dilalui tanpa gadget. Selama membaca buku ini, sempat terlintas dalam pikiran saya, “Ih, kenapa tidak difoto pakai ponsel, yah?” atau “Ih, hapenya pada ke mana, sih. Kenapa tidak digunakan?”

Namun kemudian pertanyaan-pertanyaan itu saya jawab sendiri dengan mengatakan dalam hati, “Ooh, dalam buku ini, penulisnya sebenarnya ingin menyampaikan bahwa anak-anak itu sebenarnya bisa liburan jauh dari pengaruh gadget!”

Di Cipari, kampung yang banyak penduduknya beternak sapi, Leo setiap hari terbiasa minum susu. Paman Leo pun memelihara sapi. Selama Leo berada di kampung itu, terjadi beberapa kali pencurian sapi milik warga kampung. Sapi peliharaan pamannya pun dicuri. Bertepatan dengan kejadian-kejadian tak mengenakkan itu, di kampung itu kedatangan warga baru, seorang bapak yang  ketus dan bertato dan anaknya yang bermata merah dan hanya bisa mengeluarkan suara “hu .. hu .. hau”. Anak itu juga menjadi pusat perhatian Leo, Raja, dan Galih.
“Pura-pura nggak tahu saja,” bisik Leo. Anak itu sibuk mengintip dari balik batu menhir tapi mereka tak menggubrisnya. Malah sibuk bermain (halaman 66).

Leo, Raja, dan Galih semakin penasaran. Mereka semakin ingin membongkar misteri pencurian sapi. Kisah mereka makin seru ketika tiba-tiba saja mereka disekap dan dibawa pergi. Pilihannya hanya satu: kembali dengan selamat jika ingin menggagalkan usaha-usaha pencurian sapi berikutnya dan menggagalkan fitnah terhadap salah seorang warga desa terkait pencurian sebelum-sebelumnya. Pertanyaannya kemudian, adalah: “Bagaimana caranya?”

Well, sudah saatnya anak-anak kita dikenalkan dengan buku-buku yang menceritakan Indonesia berikut nilai-nilai yang ada di negara tercinta ini.  Buku Misteri Hantu Purbakala ini memuat hal-hal tersebut. Yang paling saya sukai dari buku ini adalah, Mbak Hastira secara konsisten mendeskripsikan ketiga detektif cilik itu sebagai anak-anak yang senantiasa mendirikan shalat fardhu. Anak-anak Indonesia, yang beragama Islam seharusnya kan seperti itu, kan. Orang dewasa dalam cerita ini juga tak alpa mengingatkan ketiga jagoan itu untuk shalat.
“Ayo, shalat dulu. Setelah shalat boleh tidur lagi,” jelas bibi sambil menarik selimut mereka (halaman 19).

Namun penggambaran mengenai rajinnya mereka shalat tidak lantas membatasi buku ini sebagai buku fiksi khusus tema islami. Bukan demikian. Buku ini tetap bisa dibaca oleh siapa pun, apa pun agamanya. Karena nilai-nilai selebihnya yang dipaparkan penulisnya merupakan nilai-nilai universal. Sudah punya pilihan buku sebagai teman buah hati Anda pada liburan sekolah semeseter ini? Buku ini bisa menjadi pilihan Anda.


Makassar, 4 Desember 2016

5 comments:

  1. Judulnya mistis tapi dari resensi mbak, sepertinya bukan ya. Karena mb Hastira sebagai penulisnya tetap mengingat kan anak-anak tentang shalat fardhu. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe iya Mbak, judulnya saja yang seolah-olah mistis.

      Delete
    2. tak kira misteri beneran, ternyata endingnya bukan, hehe

      Delete
  2. makasih mbak Niar , sudah meresensi novelku

    ReplyDelete
  3. Kirain Cipari dekat kampung saya (Cipari-Cilacap). ternyata bukan, dan ternyata nama Cipari tidak cuman satu yah!

    ReplyDelete